Kamis, 30 Juni 2011

Batik Tulis Lasem


Batik Lasem, Campuran Budaya Cina dan Jawa
nyantingSecara umum Batik di tanah jawa di bagi menjadi dua golongan besar yaitu batik dari pesisiran salah satunya adalah batik Lasem, Cirebon, Tuban dan sebagainya. Batik pesisiran dipengaruhi oleh budaya asing hal ini disebabkan karena banyaknya orang asing yang singgah dipelabuhan. Golongan yang ke dua adalah batik dari kerajaan contohnya adalah batik Solo, Jogja, Banyumas dan sebagainya. Batik ini tidak mendapat pengaruh dari asing, demikian menurut Sigit Wicaksono salah seorang pengusaha dan pengamat batik Lasem.
Menurutnya, kebudayaan Cina paling banyak berpengaruh pada Batik Lasem. Sebagai contoh motif yang dipengaruhi oleh kebudayaan cina adalah motif yang menggunakan gambar burung hong dan pokok – pokok pohon bambu. Menurut kepercayaan Cina pohon bambu melambangkan kerukunan keluarga yang kuat.
Selain itu beliau menjelaskan Batik Lasem mempunyai 2 (dua) corak khas yaitu : Latohan dan watu pecah. Motif Latohan terinspirasi dari tanaman latoh (sejenis rumput laut) yang menjadi makanan khas masyarakat lasem sedangkan motif watu pecah menggambarkan kejengkelan masyarakat Lasem sewaktu pembuatan jalan Daendeles yang memakan banyak korban.
Hal senada juga diungkapkan oleh ibu H. Umy Jazilah Salim selaku ketua Dekranasda Rembang. Beliau mengatakan motif batik lasem banyak dipengaruhi oleh motif kebudayaan cina dengan motif – motif burung hong, naga dan lain – lain.
Melestarikan Batik
Beliau juga mengatakan untuk melestarikan Batik sebagai salah satu warisan budaya Indonesia seperti yang ditetapkan oleh UNESCO 2 Oktober 2009, seluruh karyawan Pemkab Rembang diwajibkan menggunakan pakaian Batik setiap hari kamis dan jum’at. Hal lain untuk mempromosikan batik adalah dengan mendirikan showroom batik dan showroom dekranasda. Beliau mengharapkan dengan berdirinya showroom – showroom ini dapat membantu pengrajin batik untuk memamerkan produknya. Selain itu Kerajinan Seni Batik juga dimasukkan dalam kurikulum mulok (muatan lokal) SLTA yang berpusat di showroom batik Lasem.
Sedangkan menurut Kepala Dinas Indakop dan UMKM Bapak Drs H Waluyo MM, pihaknya akan terus mengupayakan untuk melestarikan Batik Lasem. Deprindakop dan UMKM bekerjasama dengan dekranasda memfasilitasi para pengrajin untuk mengikuti event – event batik nasional, seperti event yang diselenggarakan oleh Yayasan Batik Indonesia (YBI) belum lama ini dan pameran yang diselenggarakan oleh UNESCO awal bulan Oktober. Waluyo juga menjelaskan pihaknya akan mengadakan pameran batik lasem setiap beberapa tahun sekali di kota – kota besar Indonesia seperti Semarang, Jakarta atau diluar jawa bahkan bila memungkinkan mengikuti eksibisi diluar negeri seperti singapura. Selain itu beliau juga mengusulkan kepada Bupati Rembang melalui Sekda Rembang untuk mendirikan museum batik lasem supaya semua kegiatan batik di Lasem dan sekitarnya dapat didokumentasikan dengan baik dan sekaligus menjaga agar kultur batik Lasem tidak lepas dari generasi ke generasi.
http://www.rembangkab.go.id/component/content/article/64-wisata-dan-budaya/346-batik-lasem-campuran-budaya-cina-dan-jawa
            Kalau kita bicara tentang batik maka ingatan kita tertuju pada batik Yogyakarta dan Solo. Padahal kita memiliki banyak sekali ragam batik di seluruh pelosok Indonesia. Batik Lasem pada saat ini di produksi dalam kapasitas yang tidak banyak. Banyak faktor yang melatarbelakangi hal ini, antara lain: (1) mahalnya biaya produksi (2) lama waktu pengerjaan (3) kurangnya tenaga ahli.
            Batik tulis Lasem ini bisa jadi salah satu kebudayaan bangsa Indonesia yang sangat mashur. Batik tulis ini mencerminkan kehidupan yang harmonis antara etnis Cina keturunan dan orang jawa di Lasem. Corak dan motif dari batik ini pun sungguh menawan, atraktif dan lincah.
Setiap pulang ke kampung kelahiran, rembang, selalu pengin menyempatkan waktu maen ke sentra batik lasem (sesungguhnya, tidak layak untuk disebut sebagai sentra, karena hanya beberapa orang saja yang mengusahakannya, terutama dari keturunan tionghoa. kelangsungannya ke depanpun sangat memprihatinkan).
Ciri khas batik lasem selain motif yang berbeda dari batik buatan daerah lain, warnanyapun sangat khas, terutama warna merahnya yang sangat heboh.
Menikmati proses pembuatannya yang njelimet dan luamaaaa, maka maklum jika harganya bisa menjadi sangat mahal. itupun kalau dihitung secara matematis tetep aja tidak masuk akal, masih merugi! bayangkan aja jika 1 potong batik tulis halus membutuhkan 2-5 bulan waktu pengerjaan [jika sehari upah tenaga pembatik 25rb].
Sayang emang klo batik yang suangat cantik ini akhirnya mesti menyerah pada nasib. musnah. pembatik yang tersisa rata-rata sudah berumur tua, udah sepuh. seandainya masih punya banyak waktu, wuich… pengin dech belajar membatik [ehm... klo cuma seandainya aja sih semua orang bisa! lakukan tindakan dong!].
Batik Lasem merupakan mahakarya hebat anak bangsa yang patut untuk menjadi hasil kebudayaan nasinonal bahkan Internasional. Batik Lasem berbeda dengan batik di daerah lain, selain lahir dari tangan orang pesisir tapi juga merupakan sebuah ungkapan kejengkelan masyarakat Lasem sewaktu pembuatan jalan Daendeles yang memakan banyak korban. Batik ini juga merupakan perwujudan, cermin dari keharmonisan hidup saling berdampingan walau berbeda etnis dan keturunan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar